Mendisain
content pembelajaran menggunakan TIK (Power Point/MacroMedia Flash) sudah
menjadi hal yang biasa. Meskipun demikian,masih sering terjadi di kelas : guru
yg sudah memanfaatkan TIK, bahkan mampu mencipta virtual class, namun guru tersebut
masih menggunakan metode ceramah/diskusi/kerja kelompok. Nampaknya para guru
masih berupaya memindahkan isi buku yang literer itu menjadi visual. Maka
tidak heran kalau masih ada siswa RSBI yang tak lulus UN (KOMPAS,Sabtu 26 Mei
2012,halaman 6 : POJOK)
Content
pembelajaran hanya salah satu dari isi kurikulum. Masih ada metode, strategi dan model pembelajaran untuk implementasi pendidikan holistik. Oleh sebab
itu, agar tidak terjebak pada pembelajaran kognitif dan metode itu-itu saja
hingga guru dapat menerapkan PAIKEM GEMBROT, maka filsafat pendidikan yang sudah
lama tidak diajarkan di FKIP perlu digali lagi : Untuk apa saya mengajarkan A
dan bukannya mengajarkan B? Kenapa topik A harus diajarkan 4 jam dan bukannya 3
jam? dll
Berlandaskan
filsafat pendidikan, maka pendidikan holistik dan kontekstual mempunyai pijakan
yang sahih. Hal ini dapat dicapai melalui DISAIN KURIKULUM DIGITAL : program
Excell yg terdiri dari 23 langkah, yang mengintegrasikan Kurikulum
Bimtek (Bimbingan Teknis), Kurikulum PPR (Papardigma Pendidikan Reflektif), Kurikulum Entrepreneurship, Kurikulum PKB (Pendidikan Karakter Bangsa), Kurikulum
PLH (Pendidikan LIngkungan Hidup), Kurikulum Multiple Intelligence, dan Kurikulum Sekolah Alam.
Dengan
Disain Kurikulum Digital, guru akan mampu membuat diktat dan modul berbasis
keunggulan lokal (bukan sekedar mencipta kelas kreatif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar