Saya beruntung mendapat fellowship dari Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI Indonesia) untuk meliput isu globalisasi. Kenapa saya katakan beruntung? Karena pada saat-saat ini sedang berlangsung uji materi (judicial review) atas Pasal 50 ayat 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) : Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Maka tulisan bersambung ini dapat menjadi rujukan bagi para penggiat dan pengamat pendidikan dalam menyikapi perkembangan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) atau SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) yang diplesetkan menjadi Sekolah Bertarif Internasional.
Tulisan ini dimuat secara bersambung di HOKI (Harian On-line Kabar Indonesia : http://www.kabarindonesia.com) karena pemuatan di media on-line memungkinkan para pembaca melakukan dialog inter-aktif yang dapat memperkaya tulisan yang tersaji. Hal yang sama sekali tidak mungkin terjadi di media cetak atau media televisi.
Tulisan ini dimulai dengan tulisan pengantar, yaitu (1) Globalisasi Pendidikan Indonesia, yang dimuat pada hari Selasa, tanggal 24 April 2012, Pk. 23:14:07 WIB
(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&jd=Globalisasi+Pendidikan+Indonesia&dn=20120424184923) yang mendapat tiga tanggapan yang sangat inspiratif.
Tulisan kedua adalah (2) Bersaing Mengejar Atribut di Jakarta, yang dimuat pada hari Jumat, tanggal 27 April 2012, Pk. 00:01:16 WIB
(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&jd=Bersaing+Mengejar+Atribut+di+Jakarta&dn=20120426082658) yang mendapat enam tanggapan yang mencerahkan.
Tulisan ketiga adalah (3) Liberalisasi Pendidikan Setengah Hati di Bandung, yang dimuat pada hari Sabtu, tanggal 28 April 2012, Pk. 06:35:26 WIB
(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&jd=Liberalisasi+Pendidikan+Setengah+Hati+di+Bandung&dn=20120427221720) yang mendapat tiga tanggapan yang memperluas wawasan.
Tulisan keempat adalah (4) Pendidikan Berbasis Budaya di DIY, yang dimuat pada hari Minggu, tanggal 29 April 2012, Pk. 01:33:07 WIB
(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Pendidikan+Berbasis+Budaya+di+DIY&dn=20120428173500) yang mendapat dua tanggapan yang memperkaya cakrawala pandang.
Tulisan kelima adalah (5) Globalisasi Adem Ayem di Malang, yang dimuat pada hari Senin, tanggal 30 April 2012, Pk. 22:47:32 WIB
(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&jd=Globalisasi+Adem+Ayem+di+Malang&dn=20120429150232) yang mendapat sembilan tanggapan yang menambah kritis cara berpikir dan membuat dialog menjadi lebih hidup dan membumi.
Saya pantas bersyukur, bukan saja karena banyaknya penanggap yang sangat interpretatif, tetapi juga karena tanggapan-tanggapan itu merupakan dokumentasi resmi mengenai pergolakan pemikiran pendidikan saat ini yang muncul di Harian KOMPAS, sehingga secara tidak langsung, para penanggap telah membuat klipping sejarah pemikiran di seputar dunia pendidikan Indonesia (bukan sekedar dunia pendidikan di Indonesia).
Representasi para penanggap menambah kaya tulisan saya, sehingga pada saatnya dicetak dan diterbitkan kelak, rangkaian tulisan dan tanggapan itu dapat menyumbang sejarah perjalanan filosofi pendidikan dan pengajaran di Indonesia.
Dengan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas perhatian pembaca, khususnya para penanggap yang telah meluangkan waktu menelusur referensi yang layak bagi tulisan saya, yang ajaibnya muncul sesaat setelah tulisan saya dimuat di HOKI. Rangkaian tulisan ini merupakan persembahan saya untuk Hardiknas 2 Mei 2012.
Penulis adalah pemenang IMA 2011 (Indonesia MDGs Award 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar